Islam yang
dipegang oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya, dan seluruh generasi terbaik
setelahnya. Termasuk islam yang dipegang oleh para panglima besar islam semisal
Muhammad Al;Fatih, Thariq bin ziyad, dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Islam yang
bukan hanya hiasan dan asesoris kehidupan, islam yang mencerahkan dan
membangkitkan, islam yang sempurna, islam yang kaaffah. Mereka menjadikan islam
lebih dari sekedar inspirasi, sebagai ideologi kehidupan.
Islam yang diterapkan Rasulullah saw
bukanlah islam yang menganggap bahwa Allah hanya pantas dimuliakan dimasjid
ataupun pada bulan Ramadhan saja. Bukan pula islam yang menaruh allah hanya
pada ranah individual, sedangkan dalam ranah sosial kenegaraan, Allah
dipinggirkan. Islam yang di terapkan Rasulullah saw adalah islam yang total,
baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam sosial kenegaraan.
Kunci keberhasilan Rasulullah saw dalam
membina generasi-generasi terbaik adalah dengan menghujamkan aqidah yang kuat
kepada kaum muslim. Aqidah yang diperoleh melalui jalan berpikir sehingga
memuaskan akal dan menentramkan hati, serta dengan bukti-bukti yang sangat
nyata.
Rasulullah saw pun memberikan contoh
yang sangat nyata bahwa setiap aqidah yang benar, pasti menjadikan pengembannya
selalu ingin terikat dangan hukum-hukum Allah, karena pengemban aqidah islam
memahami bahwa Allah telah menurunkan aturan yang khas bagi manusia dalam
rangka mengatur penghambaan kepadanya. Penghambaan manusia kepada Allah tidak
hanya dalam ibadah ritual semacam shalat, dan puasa, tapi mencakup juga dalam
masalah ekonomi, sosial budaya, pemerintahan, politik dsb.
Inilah takdir bagi setiap insan yang
telah bersyahadat, yaitu menjalani hidupnya sesuai dengan perintah Allah
semata, mengelola bumi dan manusia seperti yang dia perintahkan dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah Rasul-Nya. Dengan logika ini, maka setiap kerusakan yang kita
lihat didunia ini, pastilah ulah tangan manusia yang enggan menjalankan
perintah Allah dalam setiap sendi kehidupannya.
Sesungguhnya tidak ada cara lain bagi
orang yang berfikir sehat, dan tidak ada pilihan lain bagi orang muslim, bahwa
satu-satunya solusi bagi keterpurukan ummat saat ini adalah mengembalikkan aqidah
dan syariat islam dalam tubuh ummat agar mereka bangkit sebagimana Rasulullah
saw membangkitkan umat muslim. Penerapan hukum Al-Qur’an dan As-Sunnah
seharusnya menjadi harga mati bagi orang-orang yang memahami aqidah dan syariat
islam.
Sayangnya, islam yang dicontohkan Nabi
Muhammad saw yang menyatu dalam kedua sisi, baik sisi politis maupun spiritual,
tidak banyak dipahami oleh masyarakat. Bahkan, tokoh-tokoh yang dianggap
sebagai sumber pengetahuan islam pun menganggap bahwa ide bersatunya politik dan
spiritual islam bukan berasal dari khazanah ilmu islam. Bahkan, berkembang
diantara kaum muslim pernyataan di dalam bibel :
“Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada
kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”(Matius
22:21).
Tampaknya sekulerisme telah sukses
merasuk ke dalam jiwa umat islam, menjadikan umat memandang bahwa islam
hanyalah pengatur ibadah dan akhirnya membuat ummat berdalil dengan hujjah yang
bukan berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, bukan pula dari sahabat maupun
ilmuwan islam.
Rasulullah saw sendiri telah mengatur
bagaimana penjagaan syariah islam melalui kekuasaan dengan sabdanya yang mulia:
“Dahulu
bani israil selalu dipimpin dan dipelihara urusannya oleh para nabi. Setiap
nabi meninggal, digantikan oleh nabi berikutnya. Sesungguhnya tidak ada nabi
sesudahku. Tetapi nanti akan ada banyak khalifah. Para sahabat bertanya, Apa
yang engkau perintahkan kepada kami?. Beliau menjawab, penuhilah bai’at yang
pertama, dan yang pertama saja. Berikanlah hak mereka, sesungguhnya Allah akan
meminta pertanggungjawaban terhadap urusan yang dibebankan kepada mereka” (HR. Bukhari dan Muslim).
Para nabi Allah sejatinya melakukan
aktivitas politik atau aktivitas pengurusan ummatnya. Begitupun Rasulullah saw
melakukan aktivitas politik dalam pengurusan ummatnya dengan menjadi kepala
negara di Madinah Al-Munawarrah.
Rasul menjelaskan bahwa sepeninggalnya tidak ada lagi nabi, sehingga
kepengurusan ummat diteruskan oleh para khalifah.
Inilah kekuasaan yang dimaksud dalam
islam, yang dapat menjamin diterapkannya hukum Allah diatas muka bumi dan
memberikan kesejahteraan serta keadilan dan rahmat seluruh alam. Dan rasul pun
tidak pernah memerintahkan, mewajibkan, atau mencontohkan sitem lain dalam
kekuasaan kecuali dengan sistem khilafah. Ketiadaan khilafah ini sudah pasti
akan membuat syariat islam tidak dapat diterapkan, yang akhirnya menyebabkan
kehancuran ekonomi, kerusakan sosial budaya dan politik, matinya keadilan dan
hukum sebagai hasil tidak diterapkannya hukum islam. Maka wajarlah imam Mawardi
menegaskan dalam kitabnya Ahkamus
Sulthaniyyah.
“Mengangkat
imam (khalifah) bagi yang menegakannya di tengah-tengah umat merupakan
kewajiban berdasarkan ijma”
Ketika terwujud kepemimpinan islam untuk
seluruh ummat muslim diseluruh dunia dengan adanya khilafah, islam akan
menunjukan jatidiri yang sebenarnya. Dengan khilafah inilah, akan terwujud
persatuan kaum muslim yang hakiki. Dengan kepemimpinan islam ini, dilahirkanlah
salaf yang memegang teguh islam. Dalam kepemimpinan ini konstantinopel
dibebaskan oleh kaum muslim. Dengan kepemimpinan ini pula insya Allah Roma akan
dibebaskan kaum muslim. Maka sesungguhnya tiada perkataan yang lebih mulia
dibandingkan dengan muslim yang mendakwahkan islam dan berupaya untuk
meninggikan kalimat Allah lewat penerapan islam sempurna dibawah panji syahadat
dalam naungan khilafah.
Akhirnya, bila dalam pembebasan
konstantinopel kaum muslim harus bersabar sekitar 825 tahun, dan dalam rentang
waktu itu, ulama tidak henti-hentinya menyemangati, mendorong, bahkan terjun ke
medan jihad untuk menggapai bisyarah Rasulullah saw, dan akhirnya semua
keberanian, ketaatan dan kesabaran terakumulasi pada seorang Muhammad Al-Fatih.
Allah pun mengizinkan kaum muslim menyaksikan kebenaran bisyarah tersebut
melalui pemuda 21 tahun itu.
Dan masih ada bisyarah rasul tentang
pembebasan Romawi Barat yang dilambangkan dengan kota Roma. Karena itu, bagi
kaum muslim yang meyakini janni Allah, pembebasan kota Roma sebenarnya telah
terjadi karena rasul telah menyampaikannya. Kenyataannya hanya tinggal menunggu
waktu saja. Pertanyaannya adalah “Siapa yang akan
lebih dulu merealisasikan bisyarah itu!”.
Niscaya suatu saat nanti akan ada
seorang pemuda yang akan memasuki gerbang kota Roma sambil menggenggam bendera
putih bertuliskan kalimat syahadat. Dia berjalan perlahan menuju tengah kota
dengan keimanan dan kerendahan hati. Lisannya basah oleh kalimat dzikir dan
ucapan syukur atas nikmat yang diterimanya dari tuhannya, dan dia pun berkata :
“Alhamdulillah,
inilah janji Rasul-ku dan Tuhan-ku kepadaku dan seluruh ummat muslim, sungguh
aku telah melihat hal ini jauh sebelum mataku melihatnya. Maka sabda Rasul
telah aku genapkan, dan janji Allah telah aku buktikan”.
Pada saat yang sama, dia melihat
panji Rasulullah saw yang berwarna hitam dan putihnya berkibar gagah diseluruh
bumi dari timur hingga barat.
Bangkitlah kaum muslim, kota roma
menanti kita!, Insya Allah dia akan dibebaskan dengan pemimpin dan pasukan sekualitas
Muhammad Al-Fatih dan pasukannya. Roma akan ditaklukan di bawah panji
syahadatin pada masa khilafah.
0 komentar:
Posting Komentar