Setelah Israel takluk, khalifah
akan menyerang Amerika dan kemudian Eropa. Ketika kaum Muslim di negeri-negeri
Islam terpesona dengan demokrasi, para dedengkot Kristen justru khawatir akan
berdirinya khilafah dalam waktu dekat. Sampai-sampai mereka menulis buku dan
menyebarkannya ke seluruh dunia.
Pendeta Gerald Rowland, asal Queensland Australia,
menerbitkan buku dengan judul cukup provokatif ‘Defeating the New Chaliphate”
atau dalam terjemahan bebas berarti: Mengalahkan Khalifah yang Baru. Penulis
buku ini telah lebih dari 50 tahun menjadi misionaris di berbagai belahan dunia
dan pernah menetap di Yerusalem, Palestina.
Dalam bukunya, ia sangat mengetahui apa itu khilafah.
Menurutnya, khalifah adalah pengganti Muhammad SAW dalam memimpin umat Islam di
seluruh dunia. “Khalifah adalah pemimpin dalam agama dan politik, di mana
khalifah memerintah imperium Islam. Yang paling terkenal adalah imperium
Utsmani (Ottoman).”
Rowland pun membeberkan sejarah kekhilafahan Islam sejak
masa setelah Nabi SAW hingga berakhirnya kekhilafahan Utsmani di Turki akibat
ulah Mustafa Kemal Attaturk. Turki akhirnya berubah menjadi republik sekuler.
“Dan tak ada lagi khalifah yang baru setelah itu,” tulisnya. Upaya menegakkan
khilafah itu, menurut Rowland, sedang berlangsung. Tujuan utama penegakan
khilafah yang baru adalah menyatukan seluruh Muslim dunia dan menyebarkan Islam
dengan dakwah dan jihad.
Kekhilafahan pertama akan berusaha menaklukkan dan
menundukkan Israel, khususnya Yerusalem. Nantinya, tulis pendeta itu, ibukota
khilafah berada di Yerusalem. Setelah Israel takluk, katanya, khalifah akan
menyerang Amerika dan kemudian Eropa. “Dan itu tidak sulit karena akan ada
jutaan orang yang rela mati, karena mengharap balasan yang berlimpah dari Allah
jika mereka mati.”
Dalam buku itu Rowland menulis, banyak gerakan yang ikut
andil dalam menegakkan kembali khilafah Islam ini di seluruh dunia. “Anehnya,
yang paling vokal menyuarakan dari kelompok-kelompok ini adalah Hizbut Tahrir,”
tulisnya sambil mengambil contoh HT Inggris dan Australia.
Ia sangat khawatir, khilafah Islam ini akan menjadi momok
bagi kaum Kristen dan Yahudi. Dalam bayangannya, orang kafir nantinya akan
dibunuh secara teratur oleh khalifah. Terhadap kondisi ini, Rowland menulis,
“Sayangnya, gereja pada umumnya bodoh dan diam tentang ancaman serius ini yang
sepenuhnya bermaksud untuk memusnahkan orang Yahudi dan Kristen, bersama dengan
semua penganut untuk setiap agama lain di bumi.” Makanya, menurutnya, setiap
orang Kristen harus diinformasikan secara lengkap dan secara aktif bersiap
menjadi prajurit Kristen dan berdiri bersama Israel ‘menanggung beban awal
perang yang sangat nyata ini’.
Ia mengingatkan, serangan Islam menjadi langkah penting
berdirinya khilafah yang baru. Jika Kristen dan Yahudi gagal menghadang, maka
khilafah Islam akan menjadi ‘raksasa’ untuk mengatur kembali rencana dan
harapan Islam. Misionaris ini berharap dunia Barat bangun dalam menghadapi
ancaman serius. “Dan mulai mengambil tindakan yang tepat untuk membendung air
pasang ini yang akan pasti menyusul mereka jika tidak dihentikan.”
Sesuai
Prediksi
Bagi Barat, Khilafah bukanlah ide utopis. Prof Noah Feldman,
Dosen Law School, Harvard University, AS dalam bukunya yang berjudul, “The Rise
dan The Down of Islamic State”, menulis, “Dapat ditegaskan bahwa meningkatnya
dukungan rakyat (Islam) terhadap syariah Islam dewasa ini—meskipun pernah
mengalami keruntuhan—akan dapat mengantarkan pada terwujudnya Khilafah
Islamiyah yang sukses.”
Berdasarkan perhitungan yang matang kalangan intelijen
Amerika Serikat, NIC (National Inteligent Council/Dewan Intelijen Nasional)
yang berpusat di Washington dalam “The Global Future Mapping 2020”
memperkirakan bakal berdirinya The New Islamic Chaliphate (Khalifah
Islam yang baru) sebagai salah satu kekuatan dunia pada 2020. Ini adalah
perkiraan para intelijen Amerika yang berasal dari seluruh dunia. Dalam
laporannya tahun 2004, NIC memprediksi empat skenario yang akan hadir pada masa
10 tahun ke depan, yakni:
1.
Dovod
World: “Digambarkan bahwa 15 tahun ke depan Cina dan India akan menjadi pemain
penting ekonomi dan politik dunia”.
2.
Pax
Americana: “Dunia masih dipimpin oleh Amerika Serikat dengan Pax America-nya”.
3.
A
New Chaliphate: “Berdirinya kembali Khalifah Islam, sebuah pemerintahan Islam
global yang mampu memberikan tantangan pada norma-norma dan nilai-nilai global
Barat”.
4.
Cycle
of Fear : “ 'Munculnya lingkaran ketakutan', dalam skenario ini respon agresif
pada ancaman teroris mengarah pada pelanggaran atas aturan dan sistem keamanan
yang berlaku, akibatnya akan lahir dunia 'Orwellian' ketika pada masa depan
manusia menjadi budak bagi satu dan tiga negara otoriter”.
Ketua Dewan Duma (Parlemen Rusia)
Mikael Boreyev, dalam buku “Rusia Emperium Ketiga”, juga memprediksikan bahwa
pada tahun 2020 mayoritas negara-negara di dunia akan mengalami kehancuran dan
nanti hanya akan ada lima negara besar, yakni: Rusia, yang telah menggabungkan
Eropa ke dalamnya; Cina, yang akan mendominasi negara-negara Asia Timur dengan
kekuatan ekonomi dan militernya; Khilafah Islamiyah, yang akan membentang dari
Jakarta hingga Tangier dan mayoritas daerah Afrika selatan padang pasir; dan
Konfederasi yang menggabungkan benua Amerika Utara dan Amerika Selatan. Boreyev
melihat bahwa India juga mungkin akan menjadi negara besar jika ia mampu
menghadapi kekuatan Islam yang meliputinya.
0 komentar:
Posting Komentar