Dukungan terhadap Program
Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang dicanangkan tanggal 11
Juni 2005 adalah dengan upaya pencapaian Program Percepatan Swasembada Daging
Sapi pada tahun 2010. Realisasi Program Swasembada Daging 2010 adalah dengan
peningkatan baik populasi maupun produktivitas sapi potong karena dalam kurun
waktu 1994 – 2002 populasi sapi potong mengalami penurunan sebesar 3,1% per
tahun.
Penurunan populasi sapi potong
tersebut hanya mampu menyuplai kebutuhan daging sapi sebesar 1,72 kg/ tahun
padahal konsumsi ini diramalkan akan meningkat 2 – 3 kali lipat seiring dengan
pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu hal penting yang harus dilakukan untuk
mendukung program menuju swasembada daging 2010 adalah dengan meningkatkan populasi
dan produktivitas ternak sapi.
Kurangnya pasokan sapi bakalan
merupakan permasalahan utama dalam industri sapi potong Indonesia. Dukungan
penuh terhadap Program Swasembada Daging 2010 oleh Loka Penelitian Sapi Potong
adalah dengan menyiapkan strategi pembibitan sapi potong menggunakan teknologi
kandang kelompok, teknologi pakan berbasis tanaman padi, teknologi kawin alam
dan penyapihan pedet umur 205 hari diharapkan mampu mencapai terlaksananya
program percepatan swasembada daging 2010.
Pola Perbibitan
Pada tahap awal Lolitsapi merupakan
lembaga yang melakukan perbibitan sapi potong selanjutnya melakukan penjaringan
pejantan maupun induk sebagai tetua sedangkan turunannya digunakan sebagai
pejantan PO yang memiliki pedigree serta diketahui kemampuan produksi tetuanya.
Upaya mendapatkan bibit sumber dilakukan melalui seleksi berdasarkan nilai
pemuliaan tampilan produksi (pertumbuhan dan statistik tubuh) pada umur sapih
(205 hari), 1 tahun (365 hari) dan 18 bulan (540 hari) secara bertahap.
Sapi–sapi pejantan hasil seleksi di
di Lolitsapi akan digunakan sebagai pemacek dan dikembangkan melalui kegiatan
Unit Pengelola Bibit Unggul (UPBU), disebarkan sebagai pemacek di wilayah
pengembangan sapi potong (VBC) maupun diserahkan ke BIB atau BIBD.
Monitoring terhadap pedet–pedet
turunan pejantan di Lolitsapi, UPBU, VBC maupun BIB dilakukan untuk mengamati
nilai pemuliaan pejantan tersebut. Selain melakukan penelitian peningkatan
produktivitas sapi potong melalui peningkatan mutu genetik di Stasiun Percobaan,
juga dilakukan pembinaan terhadap kelompok ternak diwilayah pengembangan sapi
PO yang bertujuan untuk peningkatan produktivitas sapi potong di daerah
tersebut serta menjaring sapi PO baik sebagai bibit sumber maupun untuk
replacement.
Manajemen Perkawinan
Perkawinan di Lolitsapi dilakukan
dengan menggunakan sistem kawin alam. Seekor sapi pejantan digunakan untuk
mengawini 10–30 ekor induk pada sistem perkawinan alam di kandang kelompok.
Agar sapi bibit sumber dapat menghasilkan pedet setiap tahunnya (11–14 bulan),
maka harus dilakukan pengaturan reproduksinya sebagai berikut :
a. Minimal 40 hari post partus induk
harus dimasukan ke kandang kawin dengan target selama dua kali siklus estrus
sudah bunting.
b. Satu sampai 2 bulan sebelum
beranak, induk diberi ransum berprotein dan energi cukup tinggi untuk mendukung
tercapainya kondisi badan yang cukup bagus saat beranak dan selama beberapa
bulan awal menyusui pedetnya serta untuk mempercepat estrus setelah beranak
(anoestrus post partus).
Manajemen Penyapihan
Umur penyapihan pedet pada usaha
peternakan rakyat sangat beragam yaitu berkisar 4-6 bulan dengan model
penyusuan tanpa batas (Affandhy et al.,2001). Penyapihan dilakukan pada saat
pedet berumur 7 bulan. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penyapihan
pedet adalah :
1. Aspek biologi yang
mempertim-bangkan kesiapan pencernaan pedet terhadap pakan berserat kasar
tinggi selain itu susu juga merupakan pakan terbaik untuk pedet karena
pencernaannya masih dalam fase monogastrik.
2. Aspek teknis yang
mempertimbangkan kecukupan pakan bagi induk dan pedet.
3. Aspek ekonomis yang
mempertim-bangkan susu induk merupakan pakan berkualitas yang murah serta harga
jual pedet optimal.
Manajemen Perkandangan
Kandang koloni atau kandang kelompok
merupakan model kandang dalam suatu ruangan kandang ditempatkan beberapa ekor
ternak, secara bebas tanpa diikat, berfungsi sebagai tempat perkawinan dan
pembesaran anak sampai dengan disapih, atau digunakan sebagai kandang
pembesaran maupun penggemukan. Sepanjang bagian sisi kandang dilengkapi dengan
tempat palungan yaitu pada sisi depan untuk tempat pakan hijauan dan tempat air
minum secara terpisah, sedangkan pada sisi belakang kandang palungan untuk
tempat pakan penguat atau konsentrat.
Penyisiran sapi bunting setelah
kebuntingan 8 bulan dilakukan pemisahan dari kelompok untuk dikelompokkan dalam
kandang beranak sampai dengan anak umur 40 hari. Setelah pedet umur 40 hari,
induk beserta anak dikumpulkan dengan pejantan terpilih dalam kandang kelompok.
Pedet disapih pada umur 7 bulan untuk selanjutnya dipelihara dalam kandang
pembesaran.
0 komentar:
Posting Komentar